Selasa, 29 Januari 2013

Review dan Sinopsis : Azab Dan Sengsara

goodreads.com



Azab dan SengsaraAzab dan Sengsara by Merari Siregar
My rating: 4 of 5 stars

apapun itu saya berhasil membacanya sampai selesai tanpa mencari-cari halaman terakhir.. kosa katanya sangat bagus dan saya kagumi, cerita-ceritanya yang berputar-putar saya juga nerimo apa adanya.. mungkin saya memang pembaca yang nerimo...kkk
azab dan sengsara, ya orang baik belum tentu juga hidupnya bahagia, tapi intinya biarlah sengsara di dunia asal tetap menjaga iman dan mendapat ketenangan di tempat yang lain..


View all my reviews

Judulnya yang sedemikian itu (Azab dan Sengsara) haruslah kita terima dengan isi novel yang demikian juga. Namun isi yang demikian bukanlah berarti tokohnya akan menangis selalu dengan tersedu. Mereka kuat setidaknya kuat dalam iman dan bekerja hal yang halal. Eh tapi tunggu, bagaimana azab bisa turun jika mereka beriman? Azab itu berasal dari seorang ayah. Bapak seorang gadis yang sengsara bernama Sutan Baringin. Gadis itu bernama Mariamin.
Dikisahkan Sutan Baringin anak seorang kaya raya yang mewarisi kekayaan orang tuanya. Semenjak kecil dia sudah menunjukkan tabiat yang kurang baik namun ibunya selalu membela jika sang ayah akan menghukumnya. Singkat cerita jadilah ia seorang yang berperilaku buruk. Terlebih saat kedua orang tuanya tiada.
Walaupun demikian Sutan Baringin memiliki seorang istri dan anak-anak yang baik-baik. Anaknya yang sulung bernama Mariamin itu, gadis yang cantik. Sejak kecil ia berhubungan akrab dengan anak laki-laki bernama Aminu'ddin. Keduanya pada awalnya sama-sama kaya raya. Sampai suatu ketika karena ketamakan Sutan Baringin, keluarga Mariamin menjadi jatuh miskin.
Kemiskinan itu kemudian yang membuat Mariamin kehilangan jodohnya dengan laki-laki pujaannya.
Di akhir cerita Mariamin mengubur kisah sengsaranya ke dalam tanah. Sengsara di dunia janganlah sampai dibawa ke sengsara dunia lain. Tetap teguh dengan iman akan menutup sengsara sampai di dunia sahaja.

Novel ini bercerita dari cerita ke cerita. Dari petuah ke petuah. Banyak cerita lain yang ada dalam cerita ini. Seperti cerita di dalam cerita. Hidup memang tak selamanya indah. Walau kita baik namun kadang sengsara itu datang dikarenakan orang lain di dekat kita. Hidup memang semua atas sepenglihatanNya. Sesengsaranya kita di dunia janganlah sampai kita bawa mati. Dan janganlah menjadi Sutan Baringin, yang kaya jadi miskin. Kalau bisa dari miskin jadi kaya..hehehe..
Novel ini bagi saya tak membuat saya bertangis-tangis dan pesimis tentang hidup malah membuat semangat dan lebih kuat.
Bahasa yang digunakan bahasa ala jaman itu tentunya. Banyak adat juga yang diceritakan. Nyaman walau harus sabar dalam membaca novel ini. Novel yang tanpa ada unsur gadget tanpa ada gue lo tanpa ada kata-kata asing yang banyak bertebaran dan alat-alat canggih. Jaman sekarang memang bukan lebih buruk dari jaman dulu, tapi orang jaman dulu bukan pula lebih dungu dari orang jaman sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...