Kamis, 22 Agustus 2013

Dua Bumi - 005

dua bumi

Anne mengikuti Tabby masuk ke ruang tunggu. Banyak orang-orang di sana. Mereka membawa beberapa koper. Adiknya hanya membawa satu koper dan belasan ribu uang Rupiah.


"Apa aku tukar uangnya sekarang saja?"


"Yahh, lihatlah antrian itu... Kau bilang kau menukarkan kalau sampai sana saja..."


Ada puluhan orang mengantri untuk menukarkan uang. Muka mereka masam semua. Sebenarnya tak ada yang senang meninggalkan bumi. Tapi rasa nyaman di bumi ini sudah semakin berkurang.


Seorang nenek-nenek menjatuhkan uang tukaran dari Bumi 2.0. Bentuknya koin-koin berlubang. Seperti uang kuno. Anne membungkuk mencoba membantu mengambil sebuah koin yang berada di dekatnya.


"Jangan ambil uangku!!" nenek berbadan bungkuk itu berteriak. Anne melangkah mundur. Tabby menyeretnya ke bangku antrian.


"Orang tua kita dulu menyuruh kita menolong orang lain..." Anne masih tertegun.


"Tapi sekarang orang-orang tak ingin dibantu, prasangka buruk menyebar kemana-mana, tak ada yang bisa mereka percaya.."


Ruangan itu ramai dengan orang-orang. Tapi jarang dari mereka yang berbicara. Sebagian tertegun dengan tampilan layar televisi besar yang diletakkan di ujung ruangan, sebagian lain sibuk bermain dengan kapsul-kapsul elektronik mereka.


Tabby masuk ke dalam lorong menuju pesawat. Dia menoleh sejenak ke kakaknya yang berdiri dan menatapnya dari jauh.


"Aku akan kembali kalau aku bosan!" Tabby berteriak.


Anne hanya tersenyum dan mengangguk. Perasaannya sebenarnya gelisah. Pagi tadi baru ada kabar dari Profesor Tin, teman seprofesinya. Profesor itu menyebutkan Bumi 2.0 sebenarnya bukan planet tak berpenghuni. Ada makhluk di sana, tapi manusia menyembunyikannya.


Anne teringat sesuatu, tentang cerita dari buku sejarah ayahnya. Dahulu banyak suku-suku pedalaman yang tersingkir karena adanya orang-orang baru, membangun kota-kota baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...